Jika ditanya hal yang bikin sedih ya ketika anak sakit. Apalagi anaknya masih
bayi, belum bisa ngomong, dan gak bisa ngeluh. Kalau kita sakit bisa minta ini
itu, kalau bayi cuma bisa nangis.
Sebenarnya Sabil itu bukan tipe anak yang rewel kalau lagi sakit, kalau flu
batuk tanpa demam dia tuh masih tetap aktivitas seperti anak normal. Tapi
kalau disertai demam biasanya cuma diem gitu di kamar, gak mau keluar. Selain
cuma diam paling juga gak mau makan, dikasih kool fever juga ibunya harus
ikutan pakai. Minum obat juga gak mau, tapi kalau badan dia sehat dia suka
minta contrexyn.
Sabil itu termasuk anak yang penurut. Dikasih tau ini itu paham dan nurut,
kalau lagi demam tapi dia pengin es krim dia bilang ke diri sendiri "Sabil kan
masih sakit, masih panas, gak boleh makan es krim, nanti kalau sudah sembuh
boleh" sambil pegang dahinya. Dan kalau lagi sakit dia jarang banget minta
gendong, paling-paling minta setelin YouTube kalau gak bisa bobok.
Baca juga: Bangga Jadi Ibu Rumah Tangga
Pernah waktu itu Sabil kakinya kena paku baja ringan, lukanya lumayan lebar
untuk ukuran anak kecil, dan juga darahnya gak berhenti keluar meski aku tutup
tisu sambil nunggu ayahnya beli plester. Sabil nangis kejer karena dia takut
melihat luka sama darah di kakinya sendiri. Awalnya juga gak mau di plester,
karena dia juga takut sama plester. Namun akhirnya sampai gak mau dilepas
karena gak mau lihat lukanya.
Setiap malam setelah dia nyenyak tidur, aku buka plesternya, aku bersihin, aku
kasih anti septik, lalu pagi sebelum dia bangun aku tempel lagi plesternya.
Kalau dia tau saat nempelin plesternya dia bakal gak mau jalan, dia bakal diam
bermenit-menit, sampai lupa dengan lukanya baru gak sengaja jalan lalu
keterusan.
Hampir sebulan Sabil pakai plester sebelum akhirnya benar-benar mau jalan
tanpa kakinya diplester. Sabil itu anaknya mellow, dia lihat tanganku kena
pisau dan luka sedikit gitu aja dia sedih, selali nenangin aku "gak papa ya
buk" sambil elus-elus pundak, atau sambil dipeluk. Jadi waktu dia sakit saku
juga bakal sering peluk dia.
Waktu itu sempat takut lukanya gak kering-kering, karena Sabil gak mau lepas
plester. Tapi pas tiap malam aku buka ada perkembangan semakin membaik, aku
tenang. Dari yang awalnya takut plester sampai akhirnya tiap luka dikit aja
minta diplester.
Sampai sekarang bekas lukanya masih ada, jika besar nanti kalau dia tanya
tentang bekas luka itu, akan aku suruh baca tulisan ini.
No comments:
Post a Comment