Cute White Flying Butterfly Lia Selviana: November 2017

November 17, 2017

Kamu Perlu Tahu, Sejak Itulah Aku Membunuh Setiap Rindu yang Tumbuh


Sejak memutuskan untuk berhenti menunggumu, sejak itulah aku selalu membunuh setiap rindu yang tumbuh. Aku tak sanggup lagi menahannya sendiri. Kita berada diantara dua pulau yang berbeda. Dan ternyata itu tak mudah untuk dijalani. Kupikir aku orang yang paling bisa mempercayai, ternyata aku sendiri yang berani mengingkari. Janji yang kutulis untuk menunggumu, nyatanya tak mampu aku tumpu. Bukan karena orang lain, tapi ini murni ketidaksanggupanku menunggumu yang (tidak) pantas untuk ditunggu.

Dari awal memang kamu tak pernah memintaku untuk menunggu, namun karena aku tak terbiasa tanpamu, akhirnya aku yang memutuskan untuk menunggu, walau akhirnya aku sendiri yang mengingkari. Aku bisa hidup tanpamu, karena sebelum bertemu denganmu pun hidupku juga bahagia.
"Mencintaimu memang membahagiakan, tapi aku yakin kebahagiaan tak hanya bisa ku dapat dari mencintaimu saja"
Kini kita semakin jauh, bukan hanya jarak tapi juga hati. Tapi bukankah ini memang yang aku inginkan? Jauh darimu juga hatimu. Aku pikir ini akan menjadi hal yang susah untuk dilakukan, namun nyatanya ini adalah perkara mudah. Iyaa… mudah karena pada kenyataannya memang kamu tak pernah sedikitpun menaruh aku di bagian hatimu. Pantas saja saat aku berhenti menghubungimu pun kamu juga tak pernah lagi bertanya kabar kepadaku.

Bukannya ingin dikejar, karena sesungguhnya aku tak pernah berlari. Bukan pula ingin terus kamu genggam, karena sesungguhnya aku tak pernah melepaskan. Aku hanya pergi dengan penuh rasa tahu diri. Karena jika aku tetap bertahan, bukan hanya aku saja yang tersiksa, kamu juga.

Ketahuilah, meski aku berhenti menghubungimu juga menunggumu, rasa rindu yang dulu pernah kita usahakan untuk diselesaikan, sampai kini pun tak bisa aku hentikan. Mainlah ke kota ku, karena di setiap sudutnya kutitipkan berjuta rindu untukmu. Kita memang tak pernah saling sapa, tapi rasa rindu tak bisa dihentikan begitu saja.

Aku berhasil membuatmua hilang dari notification chat dihandphone ku, tapi tidak untuk pikiranku. Buktinya aku masih saja menulis tentangmu. Aku tak bisa berjanji bahwa ini adalah tulisan terakhirku tentang kamu. Namun dapat kupastikan bahwa hati ini hanya sedang rindu dan tak menginginkan untuk bertemu.

Kita hanya sepasang manusia yang pernah saling merasa bahagia saat bersama. Namun kini kita bukanlah siapa-siapa. Mainlah ke kota ku, agar kamu tahu bahwa aku pernah memendam rindu untukmu. Kita memang tak perlu lagi saling bertemu, karena itu hanya akan membuat hati ini pilu.

Banyak yang bilang semua akan indah pada waktunya, tapi itu tak berarti apapun buat kita. Bahkan karena waktu aku memutuskan untuk berhenti menunggumu, yaa karena waktu yang kurasa terlalu lama. Meski mungkin hanya menurutku, tidak menurutmu.

Memang tak semestinya aku menulis lagi tentang rindu, terlebih rindu untukmu, ini hanya akan membuang-buang waktuku. Mungkin kamu tak pernah salah, hanya aku yang terlalu berlebihan dalam menanggapi hati yang mudah berubah-ubah. Kamu hebat, iya hebat, entah kamu jadi milikku atau tidak aku mengakui bahwa kamu hebat.


Artikel ini juga pernah publish di sini

Meski Tak Pernah Mengaku, Dirimu Satu-Satunya Pria yang Membuatku Selalu Rindu


selamat hari ayah
(ayah dan anak perempuannya)
Ayah, satu kata yang tidak akan pernah bisa digambarkan bagaimana sosoknya. Seberapa banyak keterangan untuk menjelaskannya pun rasanya tak akan pernah cukup. Kerja keras dan kasih sayangnya yang kian hari kian berarti, tak akan pernah sebanding jika mau dibalasnya.

Seorang Ayah mungkin perangainya terkenal keras dan tegas, tak jarang sering mengekang dan membentak. Terlebih bagi seorang wanita, hal-hal yang demikian pasti sering ia dapatkan. Tak hanya waktu kecil saja, ketika seorang wanita akan memilih pendamping hidup pun seorang ayah tak akan dengan mudahnya melepaskan anaknya ke tangan seorang pria.

Ke Jogja Istimewa Bersama Orang Istimewa


Hari ini kita berada di kereta yang berbeda namun dengan tujuan yang sama. Kamu dari timur aku dari barat. Dan di tengah-tengah sana ada satu kota yang menanti kehadiran kita. Menanti untuk menjadi saksi dua manusia yang lagi dirundung asmara, dua manusia yang telah menanti-nanti untuk bisa saling jumpa.

Akhiarnya sepasang mataku melihat bahwa cinta itu beneran ada, beneran ada di mata juga hatimu. Ini adalah perjumpaan pertama kita setelah aku tahu bahwa cintaku selama ini tak bertepuk sebelah tangan. Setelah aku tahu bahwa ternyata selama ini kamu juga menyimpan rasa untukku. Dari pertemuan ini aku belajar menghargai sebuah waktu, sebuah waktu yang ternyata berlalu begitu cepat jika kulalui bersamamu.


Yogyakarta bukanlah kota baru bagiku, aku sangat familiar dengan setiap sudut kota ini. Empat tahun tinggal di jogja membuatku selalu rindu dan ingin main kesini lagi, lagi dan lagi. Jogja itu istimewa, seistimewa orang yang lagi menemaniku berkeliling jogja saat ini. Bagiku Jogja tidak hanya sebagai bekas tempat kuliahku, namun sejak saat ini Jogja akan menuliskan sejarah baru dalam hidupku.
Baca juga:
Ada yang berubah dari Jogja sejak kutinggalkan beberapa tahun yang lalu, sama seperti hidupku; ada yang berubah sejak kamu mengatakan untuk tinggal di hatiku. Tujuan hidupku menjadi jelas, dan mimpi-mimpiku menjadi semakin dekat. Aku tak tahu lagi bagaimana untuk menggambarkannya, yang aku pahami, aku menjadi lebih bahagia dari sebelumnya.

Mungkin hatiku seramai suasana Malioboro malam ini, tak kulihat orang sedih disini, semua terlihat bahagia. Apa karena aku yang terlalu bahagia, sehingga tak bisa melihat orang lain bersedih? entahlah… aku mau jadi orang egois hari ini.

Meski tak banyak yang kita bicarakan, namun aku tetap merasa jauh lebih mengenal kamu setelah berjalan beriringan di tanah istimewa ini. Rasanya tak butuh lagi penjelasan apapun, berada disampingmu saja sudah cukup membuatku menikmati kebersamaan ini.

Terimakasih yaa untuk waktu yang singkat ini, kamu harus tau bahwa aku sangat bahagia saat ini. Ini adalah awal, semoga hingga akhir nanti kita selalu punya kesemptan untuk mengunjungi tempat-tempat yang lain.

Jogja telah menjadi saksi pertemuan ini, dan kota lain sudah menunggu untuk kita kunjungi.