Marah? Nangis? Kecewa? Benci? Bingung? Merasa gagal? tentu saja semua itu
pernah aku rasakan. Tapi kalau ditanya "buat apa?" ya aku gak bisa jawab sih.
Tapi itu wajar, karena kita manusia, punya perasaan. Yang menjadi tidak wajar
jika terus-terusan bodoh dan merasa gagal menjadi seorang ibu. Stop! Mau anak
susah makan atau gak mau berhenti makan, mau badan kurus atau obesitas, you're
a mom. Kamu tetaplah seorang ibu.
Aku pernah nangis sesenggukan dipojokan setelah anak gak mau disuapin. Aku
juga pernah marah sama Tuhan, kenapa harus aku? kenapa harus anakku? kenapa
bukan anak mereka? kenapa bukan anak dia? Seberapa besar dosaku sampai
mengalami ini? Apa aku dihukum karena dulu juga suka nolak makan jika disuruh
ibuku?
Aku sempat membenci mereka yang suka nyalahin aku, katanya anaknya bosan
dengan makanan rumah (lah dia pikir anak belum ada setahun bisa makan rendang
di warung makan padang?????), katanya ibu nya diet pasti makanya ASI nya
sedikit jadi anaknya kurus, katanya masakanku gak enak, katanya dan katanya
masih banyak lagi.
Aku juga sempat berfikir bahwa aku telah gagal menjadi seorang ibu. Nyuapin
anak aja gak becus, masakin anak aja gak bisa. Aku sempat menyalahkan diri
sendiri, kenapa udah nikah dan punya anak, harusnya kamu masih senang-senang
jalan-jalan ke mall beli apapun yang kamu mau. Hey... sampai seperti ini lho
dampaknya dari anak susah makan.
Akupun tidak tinggal diam, banyak hal yang sudah aku coba lakukan, cerita
lengkapnya ada di blog ini juga yang udah dipost sebelum-sebelumnya.
Satu bulan berlalu, dua bulan terlewati, tiga bulan, empat bulan dan sampai
suatu saat aku sadar, bahwa semua telah diatur Tuhan. Yang hari ini susah,
bakal mudah kemudian hari, yang hari ini sakit, bakal sehat setelahnya nanti.
Ya ada beberapa hal yang membuatku berkata selalu berkata "i love you, nak!
you are my everything. Aku mencintaimu, mencintaimu dengan segala kurang dan
lebihnya".
Baca juga: Pijat Tuina Penambah Nafsu Makan Anak
Bagaimana jika bukan hanya berat badan berada di garis kuning, bagaimana jika
bukan hanya susah makan, apakah aku bakal sanggup memikulnya? bukankah semua
punya problem masing-masing dalam mengasuh anak? apa aku sanggup jika anak
harus diet lantaran divonis obesitas? apakah aku sanggup merebut makanan yang
lagi enak-enaknya di makan sama anakku? belum tentu aku sanggup. Oleh
karenanya masih banyak hal yang perlu disyukuri dari masalah yang aku terima
perihal mengasuh anak.
Semakin hari semakin aku bersyukur memiliki Sabil. Dibalik dia yang susah
makan hingga pernah berat badannya berada di garis kuning, ada banyak
kelebihan yang mungkin tidak ada pada anak lain. Sabil yang ceria, cantik,
pintar dan gak pernah rewel.
Masih ingat saat umur dia belum ada lima bulan, saking gak pernahnya nangis,
ayahnya suka iseng nyubitin tangan, atau kakinya, biar nangis katanya. Sampai
semua orang yang belanja di toko ibuku juga bilang, di sini kayak gak ada bayi
aja, gak pernah dengar Sabil nangis.
Baca juga: Drama Memulai MPASI
Ya, memang aku akui Sabil bukan anak yang rewel. Sampai dia umur lebih dari 9
bulanan dia gak suka di gendong, nenen juga gak pernah sampai berjam-jam yang
sampai bikin puting lecet. Waktu umurnya baru sebulan, kulit dijarinya gak
sengaja ikut kepotong saat motong kuku, sampai berdarah-darah. Aku, ayah sama
utinya udah panik, dia biasa-biasa saja, malah cengar cengir.
Tiap badan panas habis Posyandu juga gak pernah rewel, waktu tumbuh gigi juga
gak rewel yang aneh-aneh, cuma gak mau makan nasi, maunya nyemil buah dan
snack. Kalaupun dia bangun tengah malam, juga gak rewel, pas masih bayi malah
mainan sendiri, kalau capek nyari nenen terus tidur lagi. Kalau sekarang
paling ngajak main tapi gak pernah nangis atau minta gendong.
Namun Tuhan adil, kebanyakan kita kalau udah dikasih kemudahan, nolak cobaan,
nolak diuji nolak disuruh sabar. Padahal keduanya saling bersisihan, kalau
dikasih kemudahan juga bakal dikasih kesusahan. Tujuannya ya biar tau rasanya
bersyukur.
Nyatanya butuh waktu berbulan-bulan untuk aku nerima semua ini, nerima bahwa
anakku susah makan, berat badan naiknya ngirit. Ketika emaknya nyium bau
indomie aja langsung naik 1 kg, anaknya mogok makan 3 hari aja udah turun 3
ons. Ya Allah paringi sabar.
Sekarang udah bisa santai kalau anak nolak makan nasi, ya udah langsung kasih
karbo lain. Kalau ditolak lagi ya udah kasih apa aja yang dia mau, yang
penting ada gizinya. Mungkin banyak yang bilang ini salah, karena harus
dikasih gizi seimbang, yang mengandung karbo, protein, sayur, vitamin dll.
Kalau kalian gak ngerasain diposisi seperti aku, mending diam aja kalau nemuin
ibu-ibu yang seperti aku.
Karena bukan gak mau ngasih menu 4 bintang sekaligus, tapi kalau gak bisa
masuk ke mulut anak gimana? Kami juga mikir keras lho biar semua bisa masuk ke
tubuh anak. Namun kalau bisanya pagi karbo, siang sayur, sore protein mau
gimana lagi? Anakku gak bisa makan sekaligus, dan kalau makan gak bisa
langsung banyak.
Ada yang lebih penting dari mikirin berat badan anak yang berada di garis
kuning, yaitu kesehatan dan perkembangan anak. Dan alhamdulillah anakku
berkembang sesuai anak seusianya dan jarang sakit.
No comments:
Post a Comment