Cute White Flying Butterfly Lia Selviana: Dukun Pijet Mbah Painem

June 15, 2019

Dukun Pijet Mbah Painem

Muda hura-hura, Tua kaya-raya. Enggak, kalimat itu sama sekali tidak pas untuk dukun pijet di desaku. Sejak aku kecil rumah mbah painem tetap seperti itu, tetap sama berdinding anyaman bambu dan berlantai tanah.

(aku gak sempat ngambil foto pas kesana, ini dari facebook teman)

Pada ramadan tahun ini, aku disuruh ibuku memberi sembako ke rumah mbah painem, setelah bertahun-tahun aku tidak berkunjung ke rumahnya. Kata ibu dari kecil aku suka banget kalo pijet di tempat mbah painem.

Terakhir kali aku dipijet mbah painem waktu mau kuliah dulu, sekitar tahun 2011. Meski tenaganya untuk memijat tubuh segemuk aku mungkin tak akan terasa, namun seingetku memang hanya kepadanya aku mau pijet (ini sebelum mengenal pijat refleksi cung cang ceng atau apalah yg orang cina itu pokoknya).

Menurutku mbah painem awet muda, mesku sudah tidak muda, namun dia gak nambah tua, dari dulu badannya seperti itu. Walau jalannya sidah tak tegak lagi, dan pendengarannya tak tajam lagi.

Dia tinggal sendiri setelah bertahun-tahun yang lalu ditinggal suaminya wafat. Di dalam sepetak rumah atau lebih tepat disebut seperti gubug itu ia berbagi sepi.

Jangankan tv, lampunya saja hanya ada kecil, dan tanpa perkakas lain di dalam gubug itu selain 1 meja dan 3 kursi, dan 1 lemari kecil. Aku tak sempat melihat kamarnya, tapi sudah bisa dibayangkan jika disana hanya akan ada 1 dipan mungkin tanpa kasur.

Dia tidak punya anak, ada saudara yang memanggilnya "yonge" atau dalam bahasa indonesia bude, namum rumahnya jauh, beda desa dari kami, dan hanya sesekali berkunjung dalam sebulan.

Waktu kuajak cerita, dia mengeluh kalau lutut dan pinggangnya sakit, katanya sembuh jika minum obat tapi sakit lagi kalau obatnya habis.

Alhamdulillah karena mbah painem orang baik, banyak tetangga yang juga baik padanya.

Aku nulis sambil menyeka air mata biar gak jatuh, namun ternyata tetep jatuh juga.
Dia cerita "pas koe nikah aku ora sempet nunggoni, pas kae aku lagi loro parah, sampe digowo neng sragen"

Sehat terus mbah, semoga kelak anakku masih bisa melihatmu, masih bisa ngerasain pijatan ala mbah painem.


No comments: