Saat sedih aku nulis, saat senang aku nulis,
saat benci aku nulis, saat marah aku nulis,
saat kecewa aku nulis, saat rindu aku nulis,
saat jatuh cinta aku nulis, saat patah hati aku nulis.
aku menganggap bahwa dengan menulis itu sama halnya aku curhat.
Bukan lagi mulut manusia yang berkomentar,
bukan lagi mata manusia yang membaca,
bukan lagi telinga manusia yang mendengar,
bukan lagi perasaan manusia yang simpati.
Kapanpun aku ingin membacanya,
aku tinggal buka kembali tulisanku.
dan semua tetap sama, tidak ada yang berubah.
Apapun dan bagaimanapun perasaanku saat membacanya,
semua tetap sama.
Yang sedih tetap sedih
yang senang tetap senang
yang benci tetap benci
yang marah tetap marah
yang kecewa tetap kecewa
yang rindu tetap rindu
yang jatuh cinta dan patah hati tetap sama
namun hanya satu ekspresi yang akan keluar dari mata, telinga,
mulut, hidung dan hatiku, yaitu "TERSENYUM"
saat benci aku nulis, saat marah aku nulis,
saat kecewa aku nulis, saat rindu aku nulis,
saat jatuh cinta aku nulis, saat patah hati aku nulis.
aku menganggap bahwa dengan menulis itu sama halnya aku curhat.
Bukan lagi mulut manusia yang berkomentar,
bukan lagi mata manusia yang membaca,
bukan lagi telinga manusia yang mendengar,
Kapanpun aku ingin membacanya,
aku tinggal buka kembali tulisanku.
dan semua tetap sama, tidak ada yang berubah.
Apapun dan bagaimanapun perasaanku saat membacanya,
semua tetap sama.
Yang sedih tetap sedih
yang senang tetap senang
yang benci tetap benci
yang marah tetap marah
yang kecewa tetap kecewa
yang rindu tetap rindu
yang jatuh cinta dan patah hati tetap sama
namun hanya satu ekspresi yang akan keluar dari mata, telinga,
mulut, hidung dan hatiku, yaitu "TERSENYUM"
No comments:
Post a Comment