Saya bukan seorang penulis tapi saya suka membaca, dan ketika
menemukan bacaan yang dapat memotivasi kehidupan saya, saya tidak malas untuk
menulisnya ulang, bukan bermaksud untuk ngopi paste, hanya percaya pada kalimat
“yang terucap akan lenyap dan yang tercatat akan teringat” dan
barangkali ada yang belum pernah baca dan juga sependapat dengan saya, bahwa
tulisan ini dapat menginspirasi, itu saja.
Tulisan dibawah ini saya dapat dari buku “Bukan Untuk Dibaca” karya
Deassy M. Destiani (halamannya lupa ga di tulis, soalnya buku hasil pinjaman,
ga bisa buka lagi hehehhe)
Gooooo!!!!!!!!!!!!!!!!
Plato
bertanya pada gurunya “Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Gurunya
menjawab “Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu tanpa
boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan
ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu menemukan cinta.”
Plato
berjalan. Tak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa
apapun.
Gurunya
bertanya “Mengapa kamu tidak membawa satu pun ranting?”
Plato
menjawab “Aku hanya boleh membawa satu saja dan saat berjalan tidak boleh
mundur kembali. Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi
aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak
kuambil ranting tersebut. Saat aku melanjutkan perjalanan lebih jauh lagi, baru
kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting
yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya.”
Gurunya
menjawab “Jadi ya itulah cinta”
Plato
bertanya lagi “Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya?”
Gurunya
menjawab “Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur
kembali dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah, jika kamu
menemukan pohon yang paling tinggi karena artinya kamu telah menemukan apa itu
perkawinan.”
Plato
pun berjalan dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon
tersebut bukanlah pohon yang segar atau subur, dan juga tidak terlalu tinggi. Pohon
itu biasa-biasa saja.
Gurunya
bertanya “Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?”
Plato
pun menjawab “Sebaba berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajahi
hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan
ini aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan
untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan
untuk mendapatkannya.”
Gurunya
pun kemudian menjawab “Dan ya itulah perkawinan.”
Cinta
itu semakin dicari maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk
hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih, ketika ada pengharapan
dan keinginan yang berlebih akan cinta maka yang didapat adalah kehampaan...
Tiada
satupun yang didapat dan tidak dapat dimundurkan kembali.waktu dan masa tidak
dapat diputar mundur. Terimalah cinta
apa adanya.
Perkawinan
adalahkelanjutan cinta, suatu proses mendapatkan kesempatan.
Ketika
kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi
kesempatan untuk mendapatkannya.
Ketika
kesempurnaan ingin kau dapatkan maka sia-silah waktumu dalam mendapatkan
perkawinan itu, karena sebenarnya kesempurnaan itu hampa adanya.
“semua
orang mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Tidak perlu menunggu
untuk mencari pasangan yang sempurna, karena justru mungkin orang itu sekarang
sudah mencari orang lain yang mau menerima dia apa adanya.”
No comments:
Post a Comment